DJONY EDWARD

Ayo Kita Nonton Film ‘SAAT’

Film selain sebagai produk ekonomi kreatif, dia juga merupakan produk budaya. Dalam perkembanganya film mengalami peningkatan nilai dari sekedar sebuah hiburan menjadi sebuah ilmu yang secara keilmuan dapat dipertanggung jawabkan baik teori maupun dalam tataran praktis. Setelah dibuat film tidak hanya sekedar ditonton, namun sebagai sebuah produk budaya yang lekat dengan keilmuan, film sepatutnya ditempatkan pada nilanya sebagai sebuah objek diskusi, yang tujuanya memperkaya diskursus keilmuan film untuk pendidikan dan perkembangan kemajuan film itu sendiri, lebih lagi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Merujuk kepada UU NO 33 Tahun 2009 tentang perfilman, bahwa film sebagai karya seni budaya memiliki peran strategis dalam peningkatan pertahanan bangsa dan kesejahteraan masyarakat lahir batin untuk memperkuat ketahanan nasional; bahwa film sebagai media komunikasi massa merupakan sarana pencerdasan kehidupan bangsa; bahwa merujuk UU NO 33 Tahun 2009 pasal 37 ayat (1) yang berbunyi: “Apresiasi film yang dimaksud dalam pasal 36 meliputi: a. festival film, b. seminar, diskusi, dan lokakarya: dan c. kritik dan resensi film”, dan ayat (2) yang berbunyi: “Apresiasi film sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapat dukungan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah”. Maka dari itu kami memberanikan diri untuk mengadakan acara hari ini sebagai implementasi dari apresiasi film yang berbentuk Screening Film (Pertunjukan Film) dan diskusi film di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki. Para Film Maker dari Kinokkonik Film dan Rolling Pictures menggandeng Komunitas Seni Budaya Swara Renjana (KSB-SR) untuk sama-sama mengapresiasi film melalui acara Screening dan Diskusi Film SAAT (a film by Ungke Kaumbur), pada hari ini, Sabtu, 27 Agustus 2022. Swara Renjana sendiri adalah sebuah Komunitas yang berisikan para pegiat kesenian, masyarakat pencinta budaya, termasuk para film maker, pemeran teater, pembaca puisi, seniman patung, seniman lukis dan para praktisi seni budaya lainnya. TENTANG FILM ‘SAAT’ Film SAAT adalah sebuah film pendek yang berkonsep sedikit mengadaptasi Cinéma Pur. Cinéma Pur (Bahasa Prancis untuk Sinema Murni) sendiri adalah sebuah gerakan film avantgarde yang lahir di Paris pada 1920-an dan 30-an. Istilah ini pertama kali diciptakan oleh Henri Chomette untuk mendefinisikan sinema yang berfokus pada elemen murni film seperti bentuk, gerak, komposisi visual, dan ritme, sesuatu yang Ia capai dalam film pendeknya Reflets de lumiere et de vitesse (1925) dan Cinq minutes de bioskop pur (1926). Gerakan ini melibatkan banyak seniman Dada, seperti Man Ray (Emak-Bakia, Return to Reason), René Clair, Fernand Léger (Ballet Mécanique), Marc Allegret, Jean Gremillon, Dudley Murphy, dan Marcel Duchamp (Anemic Cinema). Dada atau Dadaisme adalah sebuah gerakan seni avant-garde Eropa pada awal abad ke-20, dengan pusat awalnya di Zürich, Swiss, di Cabaret Voltaire. New York Dada dimulai c. 1915, dan setelah 1920 Dada berkembang di Paris. Kegiatan Dadais berlangsung hingga pertengahan 1920-an. Film SAAT sendiri mengambil genre Drama Tragedi yang minim dialog, bahkan hampir tidak ada. Film ini mengisahkan tentang kehidupan tolong menolong, namun dengan akhir cerita yang menyedihkan. Premis dari film ini adalah: “tidak selamanya hal baik yang dilakukan oleh orang yang penolong, berujung dengan ‘happy ending’”. Adakalanya perlu diungkapkan kepada penonton bahwa segala sesuatu sangat mungkin terjadi. Film ini juga mempertontonkan kepada pemirsanya bahwa setiap niatan baik dan bantuan dari orang lain, tidak selamanya membuat orang bahagia. Terkadang ada kenyataan pahit yang harus diterima oleh manusia ketika menerima kebaikan dari orang lain. Film ini diproduksi dikala pandemi, tepatnya tahun 2021. Lokasi syuting dilakukan di Cipanas dan memakan waktu shooting days in total adalah 6 hari dengan jeda 1 minggu. Sementara dalam proses editing terkendala waktu dan kesibukan masing-masing film maker. Aktor dan aktris dipilih dengan menggunakan sumber daya artis lokal Jawa Barat, tepatnya di daerah Cipanas dan Cianjur. SINOPSIS Seorang wanita sedang mengendarai mobil. Tiba-tiba mobilnya mogok di tengah jalan yang diselimuti pepohonan hutan. Seseorang berusaha mendekati mobilnya dan nampak dari balik jendela mobil dengan golok di pinggang. Si ibu kaget dan makin gelisah. Ternyata orang tersebut malah menolongnya. Penasaran dengan kebaikan orang tersebut, si ibu akhirnya memutuskan untuk melakukan kebaikan yang sama. Dijumpainya seorang perempuan penjaja makanan dengan kondisi sedang hamil tua. Sang ibu menawarkan bantuan dan memberi sejumlah uang kepada perempuan itu. TENTANG FILM MAKER Film ini disutradarai oleh Ungke Kaumbur, Alumni IKJ. Sebetulnya Ungke Kaumbur dari jurusan teater, namun karir sutradaranya lebih bertumbuh dan berkembang. Ungke Kaumbur sendiri lama mengikuti kegiatan film sejak tahun 90an. Dia pernah bekerja dengan sutradara senior, Alm. Ali Sahab. Ungke lebih banyak menyutradari Film Televisi dan Sinema Elektronik (Sinetron). Karya-karyanya antara lain adalah Catatan Harianku dan Pernikahan Dini dan yang terakhir Anggling Darma web series, serta lainnya. Film ini diproduseri oleh Ibrahim L. Kadir, alumni Kursus Pengetauan Umum Sinematografi Plus BP SDM CITRA, Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Jakarta (KPUI) Angkatan 48 yang kini namanya Citra Film School. Ibrahim memang belum banyak membuat film, namun dari hobi menonton dan fotografinya, Ibrahim pernah memproduseri beberapa film pendek untuk YouTube dan pernah 1 kali menyutradarai Video Klip Independen tahun 2000an. Ibrahim juga pernah mengeyam pendidikan di Universitas Negeri Jakarta dan aktif di organisasi mahasiswa intra kampus KMPF UNJ. Dia menjadi ketua KMPF UNJ untuk masa bakti tahun 2003-2004. Cerita film ini dibuat oleh Frans Agam Hasibuan (Agam), alumni IKJ. Agam Hasibuan aktif diperfilman di departemen Artistik. Agam mengambil mayor Fotografi di FFTV IKJ. Dalam beberapa tahun terakhir sempat terlibat menjadi sutradara film di platform media sosial bersama dengan Ibrahim. Agam memiliki pengalaman bekerja dengan Film Maker negeri Jiran Malaysia pada departemen Artistik. Project internasionalnya adalah Film Sembil9n yang tayang di Astro Malaysia. DOP Film ini adalah Turpin El Toruan. Dia adalah seorang sinematografer, Anggota ICS (Indonesia Cinematographer Society) dan alumni IKJ. Tahun belakangan ini, Turpin sempat menangani beberapa film kolosal. Dia juga tercatat sebagai anggota Karyawan Film dan Televisi (KFT) Indonesia. Tahun 2018 Turpin juga terlibat project film layar lebar dengan judul Udah Putusin Aja. Dia juga menggarap beberap project videoklip music. Film ini juga dibantuk produksinya oleh Daniel De Bull (Penata Artistik), Bismark Situmeang (Penata Suara), Emaniar Wijayanti (Penata Kostum dan Rias), Andi Rishadi (Penyunting Gambar) dan Badrus Zeman (Musik Skor). Film ini dibintangi oleh aktor dan aktris antara lain Yuni Yumaris, Devina Mulyawati dan Dede Setiawan. Mereka semua adalah aktor yang aktif di dunia seni peran serta film televisi. Kesemuanya berasal dan berdomisili di Jawa Barat. Film SAAT dipertontonkan untuk kalangan remaja 13 tahun ke atas dan rencananya tidak untuk dikomersialkan. Oleh karena itu slot penayangan hanya akan diperuntukan untuk platform non komersil serta berencana untuk dijalankan pada Road Show ke sekolah-sekolah dan tempat screening lainnya